Kamis, 29 Desember 2016

Yang Manis (tak) Selalu Berakhir Tragis

Apakah yang manis selalu berakhir tragis?
Pertanyaan itu yang muncul saat selesai membaca tulisanmu.
Sepertinya itu cerita yang indah, ya.
Sayangnya aku mungkin tidak terlibat dalam cerita itu.
Jelas-jelas aku bukanlah siapa-siapamu.
Tapiii.. Mengapa bait terakhir pada puisimu itu begitu menyakitkan?
Engkau memilih merelakan ia mencari 'yang lain'?
Padahal, wanita bukanlah tipe yang seperti itu. Ia pasti kan menunggu.
Ah tragis memang. Sepertinya kau dan gadis itu saling menyukai kan?
Tapi, mengapa? Aku masih berpikir tentang kalimat terakhir yang mungkin sengaja tidak kau selesaikan.
Sudahlah. Harusnya aku tak terlalu memikirkan tulisan seseorang yang sama sekali tidak peduli padaku.

Tapi, kalimat itu seperti terus mengikutiku.
Yang manis, selalu berakhir tragis.
Apakah aku juga sedang mengalami hal itu?
Ketika aku sedang berbahagia dengan kehidupan sehari-hariku.
Tiba-tiba datang seseorang yang sama sekali tak ku kenal.
Yang membuatku takut bila berhadapan dengan malam.
Karena tak lama setiap aku selesai menunaikan shalat isya, ia pasti datang.
Datang dengan ribuan caci yang menyakitkan.
Mengirim  pesan yang hanya berisi kata-kata kasar.
Tragis. Tiap malam aku mendapat hina tapi tak pernah mampu tuk sekedar membalas pesannya.
Hingga puncak amarah itu datang malam ini.
Aku tak ingin membalasnya dengan pesan juga,karena jelas itu pengecut.
Aku meminjam telepon genggam ayahku, dan aku hubungi kamu.
Tapi tak ada jawaban, Kau takut?

Selalu.
Yang manis, selalu berakhir tragis.
Ketika aku sedang berharap, ternyata aku dikecewakan dengan harapan yang kugantungkan sendiri.
Jelas, pasti itu karena ulahku. Yang berharap kepada selain-Nya.
Ketika aku bahagia, ada seseorang yang mau dengarkan keluh kesahku, tak bosan dengarkan cerita sehari-hariku, atau sekedar dengarkan kejadian yang baru saja aku alami. Dan kau respon dengan jawaban-jawaban yang menurutku menyebalkan. Kini? Kemana? Bahkan saat seperti sekarang? Ketika aku sedang rapuh-rapuhnya. Hingga aku takut tuk meminta nasihat di grup yang salah satu membernya adalah kamu. Jujur, aku takut. Aku takut kau berpikir aku sedang mencari-cari perhatianmu.
Tidak. Sama sekali tidak. Saat ini memang aku sedang butuh banyak teman.
Sudahlah sudahlah. Lupakan. Aku yakin, aku kuat sendirian, atas kekuasaan-Nya.
Jadikan sabar dan shalat sebagai penolongmu [1]
Itu yang harus ku ingat.

Aku teringat kejadian manis lainnya.
Saat aku mengenalnya sejak sekolah dasar.
Lalu dekat hingga akhir SMP.
Ia yang selalu ada, selalu menjadi pendengar yang baik, dan menjadi penasihat setia.
Manis kan? Tapi tetap tragis.
Ia lebih dulu menghadap-Nya, bahkan saat usianya sangat muda. Memang takdir.

Yang manis tak selalu berakhir tragis
Karena itu bukanlah akhir. Setelah peristiwa tragis itu, muncul pula kejadian-kejadian yang jauh lebih manis lainnya.
Semoga, tragis-tragis lainnya dalam hidupku, akan berbuah manis.
Semoga begitu pula dengan kisah kita. Eh, kisahmu maksudnya.

[1] Al-Baqarah/2 : 45


Yang merindukan masa-masa manis dalam kehidupannya,
Khayrunnisa
29-12-2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar